Tuesday, March 20, 2018

Antara Perfilman Indonesia Dan Investasi

Tahun 2000-an adalah tahun mulai bangkitnya industri perfilman Indonesia yang sudah lama mati suri ditandai dengan munculnya film dengan genre drama musikal yaitu film Petualngan Sherina atau Joshua oh Joshua. Film ini adalah film dengan pemerannya yang gak jago akting tapi juga jago nyanyi dan nari. Setelah itu lagi-lagi industri film Indonesia dibuat bergairah dengan film fenomal Ada Apa Dengan Cinta.



Tentunya film-film tadi sedikit banyak memuaskan dahaga dari masyarakat Indonesia yang sudah lama tidak disuguhi oleh film yang berkualitas. Sebenarnya masyarakat Indonesia sangatlah antusias untuk menyambut produksi film-film Indonesia yang berkualitas. Perlahan tapi pasti industri perfilman Indonesia mulai bangkit lagi sampai sekarang yang dulu sudah lama mati suri.



Pada tahun 2017, film remake Pengabdi Setan di tahun 1980-an lagi-lagi sukses dengan jalan cerita dan atmosfer horror yang apik membuat penonton hingga empat juta orang terbuai dengan film besutan Joko Anwar. Film reborn ala Warkop DKI Jangkrik Boss! Part 2 juga mempunyai nasib baik yang sama. Fantastis! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pendapatan yang diraih oleh produser kedua film tersebut. Pendapatan hingga Rp 155,6 miliar dengan jumlah pentonton hingga empat koma dua juta orang diraup oleh Rapi Films yang memproduksi film Pengabdi Setan. Sementara itu, film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 produksi Falcon Pictures meraup uang hingga Rp 151 miliar dengan jumlah penonton tembus hingga hampir empat koma satu juta .



Pada tahun 2018 film yang dibuat dari novel karya Pidi Baiq, Dilan 1990 produksi Falcon Pictures dan Maxx Picture juga bisa dibilang sukses besar. Hanya satu bulan ditayangkan di bioskop, film dengan genre kisah cinta remaja ala anak SMA ini dipastikan akan mempunyai pendapatan yang amat sangat spektakuler dengan jumlah penonton hingga saat ini tembus enam juta penonton. Statistik ini hampir sama dengan jumlah penonton yang diraih oleh Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 pada tahun 2016 dengan jumlah penonton hampir tujuh juta dengan pendapatan hampir menyentuh angka Rp 241 miliar.



Bangkitnya film Indonesia ini juga berhasil mencetak rekor atau sejarah baru di dunia perfilman Indonesia. Selain empat film di atas, banyak jugafilm-film Indonesia yang bisa menyihir penonton untuk mau menonton di Bioskop dengan rata-rata di atas dua juta orang, diantaranya: Ada Apa Dengan Cinta, Laskar pelangi, Ayat Ayat Cinta, dan Danur: I Can See Ghost.



Fenomena ini adalah keberhasilan film-film Indonesia yang bisa menjadikan potensi cukup besar bagi perusahaan di Indonesia maupun mancanegara untuk menjadikan industri perfilman Indonesia sebagai ranah bisnis yang cukup luar biasa. Animo besar penonton akan bisa disedot dengan produk-produk yang berkualitas dengan artis favorit. Hal ini akan memebuat film Indonesia menjadi tuan di negerinya, bukan hanya sebagai tempat pemasaran untuk film luar negeri. Kebangkitan ini bisa memberikan kesempatan bagi para investor atau si empunya modal dalam industri film Indonesia untuk berinvestasi (syukur-syukur bisa berlomba-lomba dalam hal investasi).
 
 

Dengan dibukanya Daftar Negatif Investigasi (DNI) bisa jadi angin segar untuk para pemilik modal asing yang ingin melakukan investasinya. Kesempatan ini dapat membuka luas pasar dan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari pihak asing untuk kontribusinya kepada industri perfilman Indonesia karena sebelumnya yang dominan adalah investor dalam negeri. Dengan adanya DNI, semoga semakin banyak investor asal mancanegara yang mau berinvestasi agar semakin maju perfilman Indonesia.

Tentunya keberhasilan film di Indonesia juga tidak lepas dari ketersediaan media untuk tempat menonton, yaitu layar Bioskop. Pada saat saya masih On The Job Training saja tahun 2015 masih belum ada bioskop di Padang sedangkan sekarang sudah tersedia, tentunya hal ini termasuk kabar gembira bagi pecinta film termasuk bagi saya.  Mesikpun sudah memasuki era digital, layar bioskop tidak akan dengan mudah tergeser, jumlah penonton setia masih banyak, belum lagi jika akhir pecan ingin menonton film bersama keluarga atau teman. Mungkin pemerintah harus mempertimbangkan untuk mendorong pengusaha dalam (dan luar) negeri untuk membuka bioskop secara merata di daerah-daerah Indonesia (tidak hanya kota besar, yang keberadaan bioskop bisa dikatakan menjamur).



Selain media untuk penjualan film, produksi dan kreativitas para sineas juga harus ditingkatkan agar film yang dihasilkan tidak hanya itu-itu saja. Hal ini bisa diwujudkan dengan dibukanya sekolah film yang lebih banyak dan dibukanya jurusan atau prodi di perguruan tinggi. Saya yakin, minat anak muda Indonesia juga tinggi untuk mendalami masalah film Indonesia, buktinya semakin banyak anak muda yang berprofesi sebagai youtuber.

Sebagai penikmat film Indonesia, saya berharap industri perfilman Indonesia semoga semakin maju dengan karya anak bangsa yang luar biasa. 
   
Share:

0 comments:

Post a Comment