Friday, March 23, 2018

Beberapa Poin Penting Dari Kemenangan Timnas U-23 Indonesia

Satu gol dan dua assist mengukuhkan winger Persib Bandung menjadi man of the match dalam pertandingan persahabatan antara Timnas U-23 Indonesia melawan Timnas U-23 Singapura. Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Nasional Singapura pada hari Rabu 21 Maret 2018 itu Tim Nasional Indonesia U-23 sukses mempermalukan Tim Nasional Singapura U-23 dengan tiga gol tanpa balas. 


Walau menang di tandang tanpa kemasukan satu gol pun, bukan berarti Tim Nasional Indonesia U-23 tanpa celah apalagi ini adalah salah satu persiapan anak asuhan Luis Milla untuk menyongsong Asian Games yang akan berlangsung dari bulan Agustus 2018. Beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh Tim Nasional U-23 menurut saya agar penampilannya bisa semakin asoy, jebret, dan maksimal berkaca dari pertandingan terakhir melawan singapura adalah:

Striker tajam
Hal yang paling penting dan krusial saat ini adalah tidak adanya striker murni yang garang dan haus akan gol. Tidak usah terlalu jauh untuk melihat striker di kompetisi luar negeri kiblat sepak bola macam Harry Keane, Lionel Messi, atau Mauro Icardi. Di liga Indonesia ada satu striker anyar milik Persija Jakarta yang menurut saya bisa diajak brainstorming oleh para punggawa Timnas U-23 dengan kemampuannya, sebut saja dia Marko Simic.

Ketika pertandingan melawan Singapura kemarin, sebenarnya Ezra Walian diplot untuk menjadi penyerang yang diharapkan akan berbuat banyak di pertandingan tersebut. Jika saya lihat, dia diberikan tugas untuk pemantul dan mencari ruang untuk menciptakan peluang. Terlepas dari dua shot on goal yang dia berikan di babak pertama (satu peluang tinggal one on one dengan penjaga gawang singapura yang menurut saya seharusnya bisa 90% dikonversi menjadi gol oleh pemain sekaliber Ezra namun tendanganna masih bisa diantisipasi oleh penjaga gawang Timnas U-23 Singapura; satu peluang lagi dia mendapat umpan lambung dari I Putu Gede dan memilih melakukan sundulan lemah yang dengan mudah dapat diamankan oleh penjaga gawang Singapura).


Memang tidak bisa langsung menyalahkan Ezra Walian dengan hanya berkaca pada satu pertandingan kemarin yang tidak bisa mencetak gol melawan tim yang notabene tidak terlalu kuat (dan Ezra baru bergabung dengan Timnas U-23 Indonesia satu hari sebelum pertandingan di SIngapura). Selain itu saya juga melihat Ezra tidak begitu mendapatkan support dari winger Indonesia, mungkin akan lain cerita ketika pemain Septian David dan Ezra dimainkan bersama di babak pertama. Namun jika kita telisik lebih dalam kiprah Ezra di Timnas U-23 masih baru menorehkan satu gol dalam karirnya, itupun saat gelaran Sea Games waktu lalu. Kenapa saya lebih menyoroti Ezra dibanding dengan striker timnas U-23 lain seperti Ahmad Nur Hadianto, karena jujur ekspektasi terhadap pemain Indonesia jebolan Jong Ajax pasti sangatlah besar dengan segala ilmu yang telah dia dapat dan postur menjulang yang sangat cocok dijadikan sosok striker tajam. Saya masih (dan akan selalu) berharap Ezra akan semakin berkembang dan menjadi striker harapan Indonesia ke depannya.

Beberapa kali memang Luis Milla sempat mencoba menggunakan strategi false nine dengan menggunakan Ilham Udin atau Yabes Roni sebagai penyerang tengah, namun menurut saya juga masih belum maksimal karena baik Ilham maupun Yabes di timnya menempati posisi Winger meskipun di akhir musim liga 1 kemarin Ilham sempat dijadikan second striker yang menduung Spasojevic di Bhayangkara FC.

Statistik berbicara, top skorer Indonesia dibawah asuhan Luis Milla adalah gelandang kreatif asal Mitra Kukar Septian David Maulan dengan delapan gol. Posisi favoritnya adalah posisi nomor sepuluh, walau dia bisa dimainkan di sayap kanan maupun sayap kiri atau gelandang tengah. Pemain yang mempunyai daya jelajah tinggi, tendangan bebas yang cukup baik, dan kreatifitas yang bisa mengcarry permainan Indonesia. Namun beban mencetak gol juga tidak bisa diembankan hanya kepada Septian David seorang. Kembali lagi, Septian David (hanyalah) adalah pemain nomor sepuluh, tugas mencetak gol seharusnya diberikan kepada seorang striker yang sudah semestinya memang mempunyai tugas mencetak gol. Semoga Luis Milla dan kawan-kawan bisa segera mencari solusi untuk masalah ini.


Memaksimalkan Winger
Winger Indonesia sedang dalam masa keemasannya, dalam pertandingan kemarin Febri bisa dikatakan menjadi pembeda yang sejak awal bisa mengancam pertahanan Singapura melalui dribbling dan penetrasinya dari sisi kiri ataupun kanan penyerangan Indonesia. Akhirnya pada menit ke -43 pemain Persib Bandung ini sukses melakukan sepakan jarak jauh dengan kaki kanannya yang berbuah gol. Aksi Febri tidak terhenti sampai di situ, pada menit ke -51 bergerak dari sisi kiri penyerangan Indonesia, Febri berhasil mengecoh pemain Singapura sebelum memberikan passing enak ke kapten kesebelasan dan berbuah gol. Lagi-lagi ada menit ke-64 kegemilangan Febri dengan penetrasinya berhasil memberikan umpan pendek kepada David Septian yang tanpa ampun langsung menghukum Singapura dengan tembakan mendatarnya. Selain Febri, Indonesia masih memiliki Saddil, Osvaldo, Ilham, dan si Rising Star Egy Maulana. Selain itu masiha ada Yabes Roni yang bisa dimainkan juga. Stok yang amat banyak dan karakter yang bervariasi. Permasalahannya adalah terkadang mereka masih kebingungan mau memberikan kombinasi ke siapa sehingga lebih memilih untuk penetrasi dan memberikan crossing yang kurang akurat. Dengan eksplosivitas dan daya jelajah tinggi, akan lebih baik jika para winger ini melakukan umpan pendek kombinasi, melakukan penetrasi, dan memberikan umpan yang baik kepada target man atau melakukan finishing sendiri.
 

Gelandang Bertahan
Dalam pertandingan kemarin menggunakan pola 1-4-2-3-1, Luis Milla mempercayakan dua gelandang bertahan kepada jebolan Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri, M. Hargianto (yang juga dipercaya sebagai kapten kesebelasan) dan Zulfiandi (yang kembali bersinar bersama Sriwijaya FC).  Masalah koordinasi dan chemistry harusnya sudah tidak perlu diragukan lagi untuk dua pemain ini, namun di pertandingan kemarin masih terlihat celah dengan adanya beberapa serangan yang masuk lewat sisi sayap pemain Singapura. Sebenarnya di bangku cadangan Indonesia masih mempunya Hanif Sjahbandi yang secara permainan semakin matang bersama Arema, namun pada babak kedua saat dia masukpun penampilannya tidak begitu impresif. Di bangku cadangan juga masih ada Sjahrial Abimanyu jebolan timnas U-19 yang cukup baik bermain bersama Sriwijaya FC di gelaran Piala Presiden lalu. Jika memang perlu dimainkan, menurut saya Abimanyu perlu dimainkan agar dia juga bisa merasakan atmosfer yang berbeda dari level timnas dengan usia yang berbeda. Dan kembali lagi fungsi gelandang bertahan adalah menahan serang dari tim lawan agar meringkankan beban dari pemain bertahan dan penjaga gawang.


Koordinasi Lini Belakang
Ini adalah masalah klasik yang sampai sekarang masih belum bisa dipecahkan oleh Timnas Indonesia dari level junior hingga senior. Di pertandingan kemarin melawan Singapura, sempat beberapa kali terjadi miss koordinasi antara Awan Setho, ataupun Andy Setyo dan Ricky Fajrin untuk menahan gempuran dari Singapura. Untungnya kualitas dan penyelesaian akhir yang buruk dari Singapura membuat Indonesia terhindar dari kebobolan alias nirbobol. Secara pribadi, saya lebih suka duet antara Hansamu Yama dan Bagas Adi/Ricky Fajrin dibandingkan dengan Andy Setyo yang menjadi starter. Namun absennya Hansamu yang cidera dan dua tipikal bek yang kurang tinggi menjulang (Bagas dan Ricky) membuat Luis Milla menjadikan Andi Setyo yang bertubuh lebih jangkung pilihan utama di pertandingan kemarin. Di bangku cadangan masih ada mantan kapten timnas U-19 bernama Rachmat Irianto yang bermain cukup baik berduet dengan Octavia Dutra di Persebaya. Untuk bek sayap menurut saya, bek kanan dan kiri yang Indonesia miliki sekarang adalah yang terbaik. Di bek kanan ada Putu Gede dan Gavin Kwan yang sama-sama baiknya, tinggal Luis Milla ingin menerapkan strategi apa, jika ingin lebih bertahan Putu Gede pilihannya dan jika ingin lebih menyerang Gavin adalah opsi terbaik. Di bek kiri ada Rezaldi (yang perkembangannya amat pesat) dan Ricky Fajrin pemain yang bisa dimainkan diposisi bek kiri maupun bek tengah. Walau di bek kiri dan bek kanan kemarin beberapa ada error namun menurut saya bermainnya cukup konsisten. Di penjaga gawang sebenarnya timnas U-23 juga dihuni oleh pemain yang sama baiknya, mulai dari Awan Setho, Satria Tama, maupun Kartika Ajie adalah penjaga gawang masa depan Indonesia. Luis milla tidak akan pusing memilih mereka siapa yang akan dijadikan starter, tinggal mana yang lebih fit dan siap untuk dimainkan. Awan Setho lebih dipilih di pertandingan kemarin adalah karena permainannya yang cukup konsisten selama di liga 1 bersama Bhayangkara FC dan pertandingan terakhir Bhayangkara FC melawan FC Tokyo walaupun kalah dengan skor 2-4 namun performa Awan amat baik di bawah mistar. Indonesia kadang juga sering kebobolan dengan bola-bola lambung atau setpiece. Ini juga harus dijadikan perhatian khusus coach Luis Milla.


Gelandang kreatif pengumpan
Dengan ball possession hingga 64% bukan berarti kita bisa melihat timnas Indonesia U-23 yang seperti biasanya dengan poros serangan melalui Evan Dimas yang kemarin tidak dimainkan dengan alasan cidera. Pertandingan kemarin bola lebih banyak dipegang oleh sayap dari Indonesia, mulai Rezaldi, Putu Gede, Osvaldo, Febri, hingga Saddil Ramdhani. Harusnya melawan tim yang kualitas individu dan permainannya ada di bawah kita, Indonesia bisa memegang kendali permainan lewat gelandang tengahnya. Masih ketergantungan dengan Evan Dimas dan Septian David adalah problem sendiri yang harus dihadapi oleh Timnas U-23 mengenai kreatifitas dan umpan yang memanjakan striker dan winger Indonesia. Hargianto menurut saya belum bisa bermain sebaik ketika bermain di level timnas U-19 dengan umpan-umpan yang brilian. Di Persija tahun lalu memang dia lebih difokuskan ke gelandang bertahan dibandingkan dengan gelandang yang mengkreasikan serangan. Terlepas dari satu gol yang sangat ciamik kemarin, Hargianto masih cukup sering melakukan salah passing. Peran gelandang kreatif mungkin bisa diemban ke Abimanyu, namun dengan usia yang masih muda , dia juga butuh banyak pengalaman untuk mencapai ke level permainan Timnas dengan usia yang berbeda dengan sebelumnya.
 


Bagi saya yang termasuk penggemar sepak bola Indonesia dengan segala carut-marut dan keterbatasannya, saya akan tetap mendukung Tim Nasional Indonesia entah menang atau kalah.
      
Share:

0 comments:

Post a Comment