Friday, March 23, 2018

Dibuang Sayang : Sampah Elektronik

Diantara semua sektor manufaktur, industri elektronik adalah yang paling pesat perkembangannya. Permintaan yang tinggi dan umur barang yang pendek menjadikan industri elektronik sebagai salah satu penghasil sampah yang patut diwaspadai. Total produksi sampah elektronik di dunia diperkirakan mencapai 25 juta ton setiap tahunnya, dengan produsen utama negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara di Eropa. Namun demikian, China, India, dan beberapa negara Amerika latin diprediksi bakal menjadi pemain utama yang berkontribusi paling besar pada produksi sampah elektronik dunia dalam waktu 10 tahun mendatang.



Di negara-negara maju, komponen pada sampah elektronik di-pulihkan (recovered), di-daur ulang (recycled), dan di-gunakan kembali (reused). Sebelumnya, proses daur ulang sampah elektronik dinegara maju dikategorikan sebagai industri yang sangat menguntungkan karena kandungan logam mulia (emas, paladium, perak, dll) pada barang elektronik. Namun, kecenderungan alat elektronik yang semakin efisien dalam pemakaian logam mulai, penemuan material pengganti, semakin mahalnya biaya tenaga kerja di negara maju menyebabkan industri ini tidak semenarik sebelumnya. Alhasil, banyak sampah elektronik dari negara maju yang di-ekspor ke negara berkembang; China, India, termasuk juga Indonesia. Praktek ini sebenarnya melanggar Basel conventionyang melarang pergerakan antar negara (transboundary movement) sampah yang dikategorikan sebagai bahan berbahaya.


 
Share:

0 comments:

Post a Comment