Pernyataan ini perlu dikritisi karena pada laporan tahunan tersebut sumber daya bumi dikatakan semakin habis berdasarkan data perbandingan antara pertumbuhan penduduk dan jumlah sumber daya terbaharui dan tidak terbaharui yang ada pada tiap negara yang dianalisa dimana hasilnya menunjukkan bahwa nilai sumber daya alam per kapita semakin menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Padahal untuk memproyeksikan kebutuhan sumber daya alam dimasa depan perlu diperhitungkan nilai ketidakpastian dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dimasyarakat.
Berlimpahnya Sumber Daya Alam : Kutukan atau Berkah?
Berlimpahnya
kekayaan alam dapat menjadi berkah dan dapat pula menjadi musibah bagi
sebuah negara tergantung pada keahlian masyarakatnya dalam mengelola
sumber daya tersebut. Beberapa negara tidak dapat memanfaatkan sumber
daya alam yang berlimpah untuk menaikkan derajat kesejahteraannya
sehingga seringkali sumber daya yang berlimpah ini disebut sebagai
kutukan bagi negara tersebut. Pada pernyataan Bagirov di awal tulisan
ini, negara
yang memiliki sumber daya alam dan tak mampu mengelolanya dengan baik
harusnya mengambil tanggung jawab atas habisnya sumber daya bumi
Namun
negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun tidak dapat
memanfaatkannya dengan baik umumnya digolongkan pada kelompok negara
berkembang atau negara berpenghasilan rendah. Sedangkan faktanya
konsumsi tertinggi umumnya merupakan konsumsi negara-negara
berpenghasilan tinggi. Sehingga kurang tepat apabila masalah ini hanya
menjadi tanggung jawab negara berkembang saja.
Analisa Proyeksi Kebutuhan Sumber Daya
Dalam
laporan dan jurnal internasional, kesimpulan bahwa dunia sedang
mengalami kekurangan sumber daya alam diperoleh dari hubungan antara
indeks pengembangan manusia (Human Development Index) dan Gross National Product. Sumber daya dikatakan semakin berkurang apabila permintaan lebih besar dari penawaran (demand > supply) dan nilai sumber daya perkapita menunjukkan angka yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Untuk
menghitung dan memproyeksikan permintaan dan penawaran sumber daya alam
tidak dapat dilakukan dengan sesederhana itu, namun harus memasukkan
banyak variabel lain. Dalam menghitung proyeksi permintaan dan penawaran
perlu mempertimbangkan faktor ketidakpastian (uncertainty)dan
kemungkinan ditemukannya sumber daya dalam jumlah besar yang dapat
dieksplorasi atau sebagai sumber daya cadangan. Faktor-faktor yang
memengaruhi diantaranya perubahan pola perkembangan kesejahteraan
manusia (Dutch disease, volatility, trade structure, depletion, rent-seeking),
laju regenerasi, penemuan dan eksplorasi sumber daya baru, kebijakan
pemerintah atau keadaan sosial politik, penemuan teknologi baru,
kebergantungan terhadap sumber daya tertentu, dan lain sebagainya.
Seberapa Parah Masalah Kehabisan Sumber Daya?
Dengan
mengetahui sulitnya memproyeksikan kurva penawaran dan permintaan
terhadap sumber daya alam di bumi ini untuk beberapa dekade mendatang,
dapat disimpulkan bahwa data mengenai sumber daya alam yang tersisa
tidak dapat dipercaya begitu saja apabila tidak memasukkan banyak
variabel dengan lengkap dan akurat.
Hal yang Harus Dilakukan Sebagai Warga Global
Sebagai
masyarakat yang tinggal di sebuah negara berkembang yang memiliki
sumber daya yang berlimpah, masyarakat Indonesia hendaknya bekerja keras
dan berfikir kreatif untuk memanfaatkan kekayaan alam untuk
sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat. Berlimpahnya kekayaan alam
pada negara berkembang sering pula dikaitkan dengan tingkat korupsi yang
tinggi di kalangan pejabat pemerintahannya, oleh karena itu perlu
dibuat dan diterapkan peraturan serta kebijakan yang tegas mengenai
pengelolaan sumber daya alam. Bagi individu, kita sebaiknya selalu
menerapkan gaya hidup hemat dan ramah lingkungan. Seringkali hal ini
tampak menjadi hal yang sia-sia karena faktanya konsumsi terbesar
dilakukan oleh orang-orang pada negara maju, namun sebenarnya semangat
berhemat ini akan menjadi sangat baik apabila menyebar dan dicontoh oleh
masyarakat di negara maju.Think Globally, Act Locally
0 comments:
Post a Comment